Paulus Di Penjara |
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BAPTIS MEDAN
EKSPOSISI FILIPI 3:1-11
PAPER
Ditulis Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat
Dalam Menempuh Mata Kuliah
Eksposisi PB III
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Theresia Hutauruk, M.Th.
Disusun Oleh:
Ramadhan Siahaan
NIM: 15.01.0013
MEDAN, 2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1
BAB I. PENDAHULUAN 2
Latar Belakang Kota Filipi Pada 2
Waktu Pelayanan Paulus
Latar Belakang Surat Filipi 3
Penulis, Penerima, Waktu, Dan Tempat Penulisan 4
Tema dan Tujuan Penulisan 5
Garis Besar Surat Filipi 6
BAB II. PEMBAHASAN 7
Analisa Konteks 7
Analisa Teks 8
BAB III. KESIMPULAN 14
Aplikasi 14
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kota Filipi Pada Waktu
Pelayanan Paulus
Pada waktu Rasul Paulus menulis surat ini kepada jemaat di Filipi, Filipi merupakan kota Romawi yang terletak di Makedonia (bagian dari Yunani utara sekarang) sepanjang jalan militer Roma dan perdagangan, Via Egnatia, dan hanya sembilan mil dari kota pelabuhan Neapolis. Kendati latar belakang Romawinya, kota ini memiliki penduduk campuran, seperti nama-nama yang diberikan dalam surat ini. Misalnya, “Klemens” (4:3) adalah nama Romawi, sementara “Epafroditus” (2:5) dan “Sintikhe” (4:2) adalah nama Yunani. Bila Kisah Para Rasul 16:11-40 mencatat kunjungan pertama Rasul Paulus ke Filipi, hampir tak ada informasi mengenai hal ini dalam surat Filipi. Menurut Kisah Para Rasul, ini merupakan pendirian misi Paulus yang pertama di tanah Eropa. Kota Filipi dibangun oleh Filipus, bapa Iskandar Zulkarnain.
Pada umumnya bahasa mereka adalah bahasa Yunani, dan agamanya dari Yunani juga. Ada satu jalan raya yang menghubungkan timur dari barat melalui kota ini, maka kebudayaan dari Eropa maupun dari Asia Kecil bertemu di situ, dan sama-sama dianggap biasa. Setelah kalahnya Mark Anthony dari Oktavianus pada perang Aktium (31 SM), kota ini ditetapkan sebagai koloni militer dengan hak istimewa bagi warganya.
Fakta ini bisa menjelaskan terminologi yang dipakai di Filipi 1:27; 3:20, saat Paulus berbicara tentang kewarganegaraan sorgawi. Kisah Para Rasul sempat mencatat kebanggaan masyarakat Filipi atas hak istimewa mereka (Bdk. Kisah Para Rasul 16:20-21 dan istilah yang dipakai untuk menyebut pejabat mereka- praetors dan lictors – 16:20, 35). Menurut I. Suharyo Pr dalam bukunya Mengenal Tulisan Perjanjian Baru tentang kedekatan jemaat Filipi dengan Paulus, bahwa:
“Jemaat di Filipi sangat dekat dan dikasihi oleh Paulus. Waktu jemaat tahu bahwa Paulus berada di penjara, mereka mengirimkan Epafroditus untuk membawa hadiah-hadiah bagi Paulus. Tetapi kemudian Epafroditus sakit keras. Sesudah sembuh, ia kembali dan membawa serta surat Paulus.”
Latar Belakang Surat Filipi
Paulus mendirikan jemaat atau gereja di Filipi pada perjalanan penginjilan yang kedua (Kisah Para Rasul 16:12). Ia harus meninggalkan kota ini karena adanya penganiayaan (1 Tesalonika 2:2), tetapi gereja di sana tetap setia kepadanya dan paling kurang dalam dua kesempatan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika (Filipi 4:16). Hal ini menunjukkan bahwa Paulus memiliki hubungan yang hangat dengan gereja di sana, karena biasanya ia selalu dengan cermat membiayai kebutuhannya sendiri (Filipi 4:15; 1 Tesalonika 2:9; 2 Korintus 11:8-9). Paulus tiba di kota ini setelah mendengar suara seorang Makedonia yang berseru kepadanya, “Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami” (Kisah Para Rasul 16:9). Sehingga inilah tempat yang pertama di Eropa yang mendengar berita Injil.
Penulis, Penerima, Waktu dan
Tempat Penulisan
Surat Filipi sungguh ditulis oleh Rasul Paulus sendiri pada saat dia berada dipenjara. Surat ini ditujukan kepada semua orang kudus dalam Kristus Yesus di Filipi (Filipi 1:1). Ada banyak yang teori yang berpendapat tentang penullisan surat Filipi ini, ada teori yang mengatakan bahwa surat ini ditulis di Filipi, ada juga teori yang mengatakan surat ini ditulis di Kaisarea, dan ada juga teori yang mengatakan surat ini ditulis di Roma. Tetapi jika surat ini ditulis di Filipi, mungkin lebih baik ia menyampaikan secara langsung kepada jemaat apabila ia ingin menasehatinya. Jika di Kaisarea juga kurang tepat karena Paulus tidak pernah dipenjarakan di kota ini, karena pada waktu Paulus menulis surat ini ia sedang dipenjarakan, sedangkan Paulus di penjarakan di kota Roma sehingga di kota inilah Paulus menulis surat ini pada tahun 62 Masehi.
Tema, Tujuan Penulisan
Tema dari surat Filipi ialah Sukacita dalam hal hidup bagi Kristus. Tujuan Rasul Paulus menulis surat Filipi ialah untuk mengucapkan terimaksih kepada mereka jemaat di Filipi atas pemberian banyak yang baru-baru ini mereka kirim kepadanya dengan perantaraan Epafroditus (4:4-19); untuk memberikan kabar tentang keadaannya yang sekarang; untuk meyakinkan jemaat tentang keberhasilan maksud Allah dalam hukuman penjaranya (1:12-30); untuk menenangkan jemaat bahwa utusan mereka (Epafroditus) telah menunaikan tugasnya dengan setia dan tidak kembali kepada mereka sebelum waktunya (2:25-30); dan untuk mendorong mereka maju agar mengenal Tuhan dalam persatuan, kerendahan hati, persekutuan, dan damai sejahtera.
Garis Besar Surat Filipi
I. Salam (1:1-2).II. Ucapan Syukur dan doa bagi orang-orang kudus (1:3-11).
III. Paulus dan keadaannya (1:12-26).
IV. Orang percaya dan kelakuan mereka (1:27-30).
V. Kristus dan teladan-Nya; kerendahan hati (2:1-18).
VI. Timotius dan Epafroditus dan keprihatinan mereka (2:19-30).
VII. Paulus dan teladannya; kematangan (3:1-4:1).
VIII. Nasihat dan terima kasih (4:2-20).
IX. Penutup (4:21-23).
BAB II
PEMBAHASAN
Pengenalan Akan Kristus Merupakan Tujuan
Yang Utama dan Yang Sempurna
Analisa konteks
Dalam pasal ini dari ay.1-11 dibagilah 3 bagian dari fungsi dari masing-masing dalam keseluruhan diperlakukan bersama dengan eksegesis: (a) ay. 1-3, di mana Paulus mengingatkan nasihat dari 2:17-18, mempersiapkan apa yang akan datang, dan dalam bahasa yang kuat memperingatkan para pembaca bahaya serius akan kaum Yahudi. (b) Dalam ay. 4-6 Paulus, dengan mengacu pada kehidupan masa lalunya dengan keistimewaannya dan prestasi pribadi, menunjukkan apa yang percaya dalam cara daging (lih. ay 3). (c) Suatu perubahan radikal terjadi dalam hidupnya, dan Paulus datang untuk melihat masa lalunya 'keuntungan' sebagai positif berbahaya (ayat 7-11). Sekarang golnya tertinggi adalah untuk mengenal Kristus sepenuhnya oleh memasuki hubungan yang lebih dalam dengan dia.
Analisa Teks
Ayat 7. Kesaksian pribadi Paulus tentang perubahan mengejutkan dalam orientasi yang terjadi ketika ia bertemu dengan Kristus. Setelah didirikan di ayat 4b-6 manfaat dan prestasi dari cara hidupnya yang lama. Dari ayat 7 ini menegaskan bahwa dia terus menghitung semua hak istimewa masa lalunya, atau apa pun di mana ia mungkin telah menempatkan rasa percaya dirinya, demi nilai yang tak tertandingi karena pengenalan akan Kristus Yesus. Bahkan, ia melangkah lebih jauh dan (dengan menggunakan kata kerja ἡγοῦμαι untuk ketiga kalinya), menegaskan bahwa dia menganggap yang dahulu merupakan keuntungan menjadi memuakkan (σκύβαλα). Ia menjelaskan bahwa keberhasilan sebelumnya sebagai kebangkrutan spiritual. Penilaian ini menyebabkan deskripsi singkat tentang ajarannya tentang pembenaran (ayat 9), pengalamannya pengudusan (ay 10), dan harapannya pemuliaan (ayat 11).
Ayat 8. “Pengenalan tentang Allah” juga memiliki arti panjang dan agak berbeda dalam Perjanjian Lama dan pemikiran Yahudi, di mana ia disebut hubungan dekat dengan Allah pada bagian dari umat-Nya (Yer 31:34; Hos 2:20) dan individu-individu di dalamnya (1 Sam. 3:7-10). Ini adalah hubungan timbal balik kesetiaan yang diekspresikan Allah melalui kasih karunia dan pemilihan (misalnya Kel 33:12; Yes 43:1) dan dari sisi manusia melalui kasih kepada Allah dan ketaatan kepada perintah-perintah-Nya (Hosea 4:1 - 2, 6:6).
Namun sang rasul melangkah lebih jauh dari apa yang ia pernah anggap sangat baik dahulu tapi sekarang ia melihat bahwa itu sampah. Kata sampah itu tidak perlu dikecilkan artinya, σκύβαλα yang setara seperti "sampah" (istilah Yunani ini dapat digunakan dari berbagai macam kotoran). Jelaslah bahwa ia terus menghargai nilai besar dari warisan itu. Ia melihat warisan itu sebagai hak asasi manusia atau prestasi. Yang pertama (ayat 7) hanya διὰ τὸν Χριστόν (dia ton Christon, demi Kristus), namun dalam ayat 8 itu diperluas untuk "demi nilai tak tertandingi karena pengenalan akan Kristus Yesus Tuhanku." Pentingnya ide ini untuk teologi Paulus akan dibahas dalam kaitannya dengan ayat 10. Salah satu yang harus dicatat di sini, bagaimanapun, keteladanannya yang kuat dari bahasa Paulus. Lightfoot menunjukkan ekspresi yang sama yang digunakan oleh Paulus dalam 2 Kor. 3:10 di mana Paulus berbicara tentang kemuliaan dunia sebagai kemuliaan yang tidak ada sama sekali dibandingkan dengan pelayanan kebenaran. Mengenal Kristus merupakan suatu keuntungan. Paulus tidak menyesal telah meninggalkan sumber kebanggaan sebelumnya, tidak ada yang bisa dibandingkan dengan pengetahuan atau pengenalannya akan Tuhan.
Ayat 9. Sekarang Paulus menyatakan tujuan tertinggi dalam hal partisipasi penuh dalam Kristus dan, pada dasarnya, ia menjelaskan apa yang ia maksudkan dengan memperoleh Kristus. Melalui kesetiaan pada Kristus, yaitu ketaatan yang teguh kepada kehendak Bapa dan tujuan kasih penyelamatan-Nya melalui penderitaan dan kematian, dan itu dialokasikan di atas dasar iman. Keinginan terbesar Paulus adalah 'dapat ditemukan di dalam dia' pada kesempatan ketika setiap lutut akan bertekuk kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Dia ingin 'untuk bersatu sepenuhnya dengan Tuhannya', sebuah ungkapan yang mengacu pada 'partisipasi penuh dalam Kristus'. Frase ini juga bertujuan dengan orientasi masa depan menuju hari Kristus, yang pada gilirannya juga harus 'ditemukan' dirinya pada hari Kristus (2:12-13).
Dalam bagian ini kata kuncinya adalah kebenaran. Kebenaran Paulus yang lama adalah “kebenaran sendiri.” Dalam arti bahwa ia memperolehnya, itu adalah prestasi sendiri. Sikap inilah yang bagaimana ia dahulu, sebagaimana dalam ayat 6 tunjukkan.
Lalu selanjutnya Paulus menemukan kebenaran sepenuhnya didalam Kristus karena ia memiliki kebenaran yang datang dari Allah. Kata δικαιοσύνη selalu sulit untuk diterjemahkan didalam surat-surat Paulus. Masalah dasar yang terbesar dalam hidup adalah untuk menemukan persekutuan dengan Allah dan menjalin persahabatan dengan Dia. Cara untuk bersekutu dengan-Nya adalah melalui kebenaran, melalui jenis kehidupan dan semangat dan sikap kita yang Allah inginkan. Karena itu, kebenaran untuk Paulus memiliki arti hubungan yang benar dengan Allah. Dan akan terus memiliki sampai saat ia sempurna bersatu dengan Kristus. Karena kebenaran yang ia miliki hanya berdasarkan oleh pengenalan dan pengetahuannya akan akan Allah. Allah memberikan kebenaran itu padanya dan ia menerima kebenaran itu dan melepaskan atau menanggalkan segala kebenaran dan kebanggaannya yang terdahulu yang ia anggap sebagai suatu presatasi yang luar biasa bagi dunia (ay.6), sehingga ia memperoleh kebenaran yang sejati melalui iman atau kepercayaan yang seutuhnya kepada Kristus dengan tidak goyah. Inilah kebenaran yang Paulus yakini sehingga ia beroleh perubahan yang radikal dan beroleh keuntungan yang sangat sempurna yaitu keselamatan di dalam Kristus.
Ayat 10. Dalam ayat ini Paulus menegaskan keinginan terdalamnya setelah ia mengenal Kristus yaitu mengalami kuasa kebangkitan-Nya dan turut dalam penderitaan-Nya. Paling tidak ada 3 hal yang bisa menjelaskannya. (A) Ini adalah jaminan akan pentingnya hidup ini dan dari tubuh ini di mana kita hidup. Itu dalam tubuh yang Kristus bangkit dan inilah saat Ia menguduskan tubuh. (B) Ini adalah jaminan kehidupan yang akan datang (Rom.8:11;. 1 Kor.15:14). Karena dia hidup, kita akan hidup juga, kemenangan-Nya adalah kemenangan kita. (C) Ini adalah jaminan bahwa dalam hidup dan dalam kematian dan setelah kematian kehadiran Tuhan yang bangkit selalu bersama kita. Ini adalah bukti bahwa janjinya untuk bersama kita selalu ke ujung dunia adalah benar.
Sedangkan mengenai persekutuan dalam penderitaan-Nya berarti cara berhubungan konstan dan dalam pandangannya eskatologis, pengalaman penderitaan dan kesengsaraan kepada Kristus. Berpartisipasi dalam penderitaan zaman mesianis.
Ayat 11. Ayat ini merupakan harapan Paulus yang memang nyata dan real, untuk beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Ia mampu mengatakan demikian karena ia melihat bahwa ia telah melewati dua fase yang luar biasa yaitu mengalami kuasa kebangkitan dan penderitaan-Nya sehingga ia mati di dalam keserupaan dengan Kristus. Ia akan mengalami hal itu ketika kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Ketika kita telah menerima tubuh kemuliaan oleh Kristus.
BAB III
KESIMPULAN
Sebelum Paulus mengenal Kristus, baik prestasi yang ia dapat dan Harta kekayaan dunia yang ia punya sebelumnya ia rasa adalah yang terbaik, namun ketika Paulus mengalami perjumpaan dengan Kristus, ia mendapatkan sesuatu hal yang sangat berharga dan tiada bandingnya sehingga apa yang dahulu merupakan keuntungan menjadi sampah baginya yaitu karena pengenalannya akan Kristus Yesus. Sehingga itulah menjadi tujuan utamanya karena itu ia begitu agresif dalam mencapai mahkota kehidupan (Fil.3:13-14). Ia tahu bahwa ia dapat mencapainya karena Kristus telah memberikannya kepada-Nya melalui pengenalan-Nya akan Kristus karena paulus tahu bahwa mengenal adalah kesempurnaan (Ef.4:13) dan kebahagiaan tertinggi manusia (Yer.9:23-24) untuk mencapai hidup kekal (Yoh. 17:3).
Aplikasi
Bagaimana dengan kita saudara-saudara apakah setelah kita mengalami en-counter atau perjumpaan dengan Tuhan, hidup kita berubah??, dimana kehidupan kita sebelum dan sesudah mengalami perjumpaan dengan Tuhan atau sebelum dan sesudah kita menerima Yesus menjadi Tuhan dan Juruselamat kita, apakah kita sudah berani meninggalkan semua yang mungkin dulu menurut kita itu sangat penting dan berharga bagi kita dan berani juga menganggap semua itu sampah, karena pengenalan kita akan Kristus Yesus Tuhan kita??.. mari kita renungkan bersama-sama saudara. Rasul Paulus adalah orang yang kaya, berpendidikan, dan memiliki intelektual yang pintar menganggap semuanya itu sampah dan tiada artinya, setelah ia mengalami perjumpaan dengan Tuhan atau sesudah ia menerima Yesus menjadi Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi dan menganggap pengenalan akan Kristus Yesus lebih berharga dan mulia.
DAFTAR PUSTAKA
Barclay, Wiliam. Pemahaman Alkitab Sehari-hari: Filipi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Bockmuehl, M. 1997. Black's New Testament commentary: The Epistle to the Philippians. Peabody, MA: Hendrickson Publishers. Hal. 175 .
Bockmuehl, M. Black's New Testament commentary: The Epistle to the Philippians..., Hal. 195
Bockmuehl, M. Black's New Testament commentary: The Epistle to the Philippians..., Hal. 177.
Bockmuehl, M. Black's New Testament commentary: The Epistle to the Philippians..., Hal. 189.
Brill, J. Wesley. 2003. Tafsiran Surat Filipi. Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Hal. 20.
Bockmuehl, M. Black's New Testament commentary: The Epistle to the Philippians..., Hal. 191.
Chapman, Adina. 1999. Pengantar Perjanjian Baru. Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Hal. 93.
Douglas, J.D. 2007. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih.
Dunnett, Walter M. 2013. Pengantar Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas. Hal. 72.
Duyverman, M. E. 2012. Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru. Jakarta: Gunung Mulia. Hal. 127.
Guthrie, Donald. 2013. Pengantar Peerjanjian Baru Volume 2. Surabaya: Momentum. Hal. 131.
Hermawan, Yusak B. 2010. My New Testament. Yogyakarta: ANDI. Hal. 102.
http://www.sabda.org/sejarah/artikel/pengantar_full_life_filipi.htm Lembaga Biblika Indonesia. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 351.
Marxsen, Willi. 1999. Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-Masalahnya. Jakarta: Gunung Mulia. Hal. 60.
O'Brien, P. T. 1991. The Epistle to the Philippians: A commentary on the Greek text. Grand Rapids, MI: Eerdmans. Hal. 345.
O'Brien, P. T. The Epistle to the Philippians: A commentary on the Greek text..., Hal. 346.
O'Brien, P. T. The Epistle to the Philippians: A commentary on the Greek text..., Hal. 355.
O'Brien, P. T. The Epistle to the Philippians: A commentary on the Greek text..., Hal. 380.
O'Brien, P. T. The Epistle to the Philippians: A commentary on the Greek text..., Hal. 381.
O'Brien, P. T. The Epistle to the Philippians: A commentary on the Greek text..., Hal. 390.
Silva, M. 2005. Baker exegetical commentary on the New Testament : Philippians. Grand Rapids, MI: Baker Academic. Hal. 143.
Silva, M. Baker exegetical commentary on the New Testament : Philippians..., Hal. 149.
Stamps, Donald C. 2013. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan Gandum Mas Dan LAI. Hal. 1975-1976.
Suharyo P, I. 1991. Mengenal Tulisan Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 149.
1 komentar:
Tulis komentarthankyou
Reply